Wednesday, April 12, 2017

Hamil di luar kandungan

Setiap pasangan yang sudah menikah hal yang paling diharapkan tentunya mempunyai momongan. Hal itu juga yang ku rasakan, setelah beberapa bulan menikah akhirnya aku hamil ☺. Jadwal haid ku sudah telat 2 bln, aku coba tes kehamilan dan ternyata aku hamil. Senang rasanya.. bisa ngerasain hal-hal yang di rasakan ibu hamil lainnya. Keluhan mual,muntah,kepala pusing aku juga merasakannya. Kata ibu mertua ku sih itu hal wajar untuk wanita hamil.

Bahkan aku sering bertanya pada kakak sepupuku yang kebetulan baru saja melahirkan, bagaimana kondisi nya sewaktu hamil kemarin. Apakah sama seperti yang ku rasakan? (maklum baru pertama kali hamil jadi cerewet, hihihi..). "Apa mbak juga dulu sering sakit di bagian perut bawah sewaktu hamil? Karena aku kok ngerasain sakit gitu mbak.. juga bagian pinggang belakang (boyok kalo dalam bhs jawa) pegalnya bukan main? apa mbak juga seperti itu?"tanya ku pada sepupuku. " Iya emang seperti itu,wajar kok bagi orang hamil" jawab sepupuku. Lalu sepupuku menyarankan untuk periksa ke dokter kandungannya dulu, karena aku hanya baru periksa ke bidan aja. Di kasihlah jadwal praktek dokter kandungannya padaku.

Tapi karena dokternya laki-laki,dan sudah aku rundingkan dengan suami ternyata suami tidak mengijinkan. Suami maw nya dokter kandungan yang perempuan. Yaaa.. sudahlah,akhirnya aku cari dokter kandungan yang perempuan saja.. aku minta jadwal praktek dokter spesialis kandungan di RS tempat sepupuku melahirkan. Akhirnya aku dan suami memeriksakan kandungan ku yang sudah berusia 10 minggu ke dokter spesialis kandungan pilihan suamiku. Setelah dokter memeriksa, beliau menjelaskan bahwa janin kami sehat,tapi belum terlihat kantong janin dalam kandunganku. Dua minggu lagi diminta control lagi untuk melihat perkembangannya.

Setelah dua minggu, aku dan suami datang lagi untuk kontrol. Dokter pun menjelaskan kantong janinku belum juga ada, tapi keadaan janinku berkembang dengan sehat. Karena kami orang awam yang gak ngeh.. jadi aku dan suami anggap ini hal biasa saja. Aku cuma bilang keluhan lemas,dan pernah sempat pingsan pada dokter. Dan dokter memberiku vitamin yang mengandung asam folat juga penambah darah(aku anemia). Kata dokter kehamilanku akan di amati lagi,dan meminta control ulang dua minggu lagi. Sampai saat aku ketemu dengan mbak sepupuku di rumahnya,aku pun cerita tentang kehamilan ku juga kata dokter padanya. "Emangnya dokter bilang apa?diagnosisnya apa? kok belum ada kantong janin? seharusnya ada,biasanya di jelaskan ini janin dan ini air ketubannya dan ini rahimnya" sepupuku menggambarkan. "Ini aneh.. kamu tidak tanya-tanya detail sama dokternya?"tambah mbak sepupuku. Aku jawab" tidak mbak,lha aku gak paham dokter jelasin di USG nya"." Haduuhh... payah,tanya dunk kalo gak ngerti"tambah mbak sepupuku memarahiku.

Belum genap dua minggu aku control ulang ke dokter, aku sudah masuk RS duluan. Enah kenapa tiba-tiba kepalaku pusing dan aku ngerasain perut bawah ku sakit sekali dan akhirnya aku pingsan. Begitu sadar aku sudah di RS di IGD. Tapi saat aku sadar aku ngerasain sakit perut sakit baget. Kata suster aku mengalami pendarahan. Saat dokter datang memeriksa kondisiku,aku kaget karena dokter bilang aku akan di operasi. Aku tidak bisa berkata apa-apa,karena sakit perut yang sangat hebat membuat ku susah untuk bicara. Akhirnya suamiku datang dan menjelaskan kondisiku. Ternyata aku hamil di luar kandungan, janinku tumbuh di luar kantong janin/diluar rahim (disebut kehamilan ektopik). Janinku sehat dan berkembang tapi posisinya mendesak organ-organ lain dalam perut(karena seharusnya di dalam rahim). Maknya aku sering mengalami sakit perut bawah. Dan pendarahan ini di sebabkan oleh tuba falopi yang sobek akibat desakan janinku yang tumbuh di luar rahim. Ini termasuk kondisi darurat.

Setelah mendengar penjelasan itu,akhirnya aku setuju melakukan operasi Laparoscopi. Aku di bius total,jadi aku gak bisa liat saat dokter meng-operasi ku. Huufhh... sedih rasanya kehilangan calon bayi ku. Tapi kalo gak diambil tindakan darurat ini, nyawaku pun bisa ikut melayang. Harus pilih salah satu. Antara selamatin nyawa ibu nya atau nyelamatin nyawa janinnya. Suamiku pilih ambil saja janinnya,dan selamatin nyawaku. Pasca operasi aku masih harus sering control untuk memantau apakah pendarahan dalam rahim ku sudah bersih apa masih ada yang tertingal.

Sedih kalo inget aku batal menjadi seorang ibu, tapi gak apa-apa tindakan itu juga untuk yang terbaik. Aku gak bileh trauma, harus tetap semangat!! agar bisa segera hamil lagi...

Hanya seorang ibu rumah tangga yang ingin menulis disela2 kesibukannya


EmoticonEmoticon